Jepang menjadi pemimpin dunia dalam pengembangan teknologi kereta api berkat Shinkansen. Selain sebagai simbol pemulihan, Shinkansen telah digunakan sebagai alat untuk melanjutkan pembangunan ekonomi Jepang.
Oleh Muhammad Luthfi Lazuardi
Dalam dunia perkeretaapian, kita banyak mengenal kereta-kereta super cepat yang ada di beberapa negara. Perancis punya TGV ( Train à Grande Vitesse) yang mulai melaju sejak tahun 1981. Jerman mengoperasikan ICE ( Inter City Express) dari tahun 1985 yang mampu menghubungkan Jerman dengan negara tetangga, seperti Austria dan Swiss. Ada juga Eurostar yang melayani rute melintasi beberapa negara di Eropa seperti Inggris, Prancis, hingga Belanda. Tak hanya di Eropa, negara-negara di Asia antara lain China (CRH) , Taiwan (THSR), dan Korea Selatan (KTX) juga ikut membangun jaringan kereta cepat di wilayah mereka.
Jauh sebelum kemunculan kereta-kereta cepat di atas, Jepang menjadi pelopor dari pembangunan sistem kereta cepat berteknologi canggih. Negeri Sakura menjadi negara pertama yang menunjukkan keseriusan dalam mewujudkan kereta cepat sebagai moda transportasi modern. Maka terciptalah Shinkansen sebagai “Kereta Peluru” yang berhasil mencuri perhatian publik dunia. Sanggup berlari hingga 200-an km/jam membuatnya menjadi fenomena baru yang mencengangkan di pertengahan abad ke-20. Kehadiran Shinkansen seketika mengubah tatanan dunia kereta api internasional menuju era yang semakin cepat.
Awal Ide Pembuatan Shinkansen
Pasca kekalahan yang dahsyat pada Perang Dunia II, Jepang mencoba membangun kembali peradabannya secepat mungkin agar keberadaan mereka masih diperhitungkan dunia internasional. Berbagai inovasi dilakukan di sektor penting kehidupan, salah satunya adalah teknologi transportasi massal. Kereta api sebagai angkutan darat yang diandalkan menjadi titik fokus dalam pembaruan sistem transportasi Jepang pasca perang dunia. Perlahan-lahan gagasan untuk memulai proyek layanan kereta api berkecepatan tinggi mulai muncul pada dekade 1950-an.
Pada saat yang bersamaan, Jepang ditunjuk sebagai tuan rumah perhelatan olahraga terbesar di dunia yakni Olimpiade Tokyo 1964. Momentum yang tepat bagi Negeri Matahari Terbit untuk memperlihatkan bahwa mereka bisa bangkit kembali pasca perang sehingga sejumlah proyek berskala besar dilakukan untuk menyambut acara tonggak sejarah tersebut.
Melihat potensi bahwa akan banyak sekali orang yang datang ke Tokyo untuk menyaksikan pesta akbar olahraga tersebut, Shinji Sogo selaku Presiden Perusahaan Kereta Api Nasional Jepang menyodorkan mega proyek pembangunan kereta api cepat yang diberi nama Shinkansen ( New Main Line) kepada pemerintah. Sogo menilai bahwa fasilitas kereta api yang ada sebelumnya tidak dapat memenuhi permintaan angkutan penumpang dalam jumlah banyak menuju Tokyo sehingga dibutuhkan inovasi dalam wujud kereta cepat.
Sempat mengalami hambatan, akhirnya pada tahun 1958, proyek Shinkansen mendapat lampu hijau. Pembangunan nya dibanjiri dana sebesar 200 miliar Yen dari Pemerintah Jepang plus pinjaman $80 juta dari Bank Dunia. Pemerintah Jepang menaruh harapan besar pada proyek kereta ini agar dapat terealisasi dengan baik jelang perhelatan olimpiade musim panas.
Pada tahun 1959, sebuah upacara peletakan batu pertama diadakan untuk proyek kereta api di dekat Stasiun Mishima di Jalur Tokaido. Tahun yang sama pula, Shinji Sogo sebagai penanggungjawab mega proyek ini menyusun tim yang tangguh dengan beranggotakan orang-orang seperti Hideo Shima (Chief Engineer), Tadanao Miki, Tadashi Matsudaira, dan Hajime Kawanabe. Tim ini diisi oleh insinyur yang memiliki keahlian mumpuni sehingga sangat diandalkan untuk kesuksesan proyek Shinkansen.
Setelah melakukan berbagai pengembangan dan pembuatan yang bertahap, pada tanggal 30 Maret 1963 untuk pertama kalinya Shinkansen melakukan uji coba di rel. Hasilnya cukup sukses karena rangkaian kereta ini mampu melesat dengan kecepatan maksimal 256 km/jam. Ini merupakan rekor kecepatan darat yang sangat signifikan pada saat banyak orang mengira kereta api sudah tamat riwayatnya akibat kerap terjadi kecelakaan dan kalah cepat dengan pesawat terbang dan mobil. Tetapi kesuksesan tersebut harus dibayar dengan mahal karena membengkaknya dana proyek yang ditaksir menyentuh angka 400 miliar Yen atau dua kali lipat dari anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Bertambahnya dana proyek tersebut disebabkan pada pembangunan jalur pertama yang membutuhkan 3.000 jembatan dan 67 terowongan untuk memungkinkan jalur yang jelas dan sebagian besar lurus. Alhasil, baik Shinji Sogo dan Hideo Shima mengundurkan diri karena bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Tadanao Miki juga ikut mengundurkan diri karena dia beralasan sudah tidak punya apa-apa lagi untuk berkontribusi pada proyek tersebut.
Peresmian dan Keberangkatan Perdana
Hari bersejarah yang dinanti telah tiba. Penantian selama 5 tahun akhirnya usai. Tepatnya pada tanggal 1 Oktober 1964 pukul 6 pagi, Shinkansen resmi melakukan perjalanan perdananya sebagai kereta cepat pertama di dunia. Peresmian Shinkansen dilakukan langsung oleh Kaisar Hirohito kurang dari satu setengah minggu jelang dibukanya Olimpiade Tokyo 1964. Pada hari pertama perjalanannya, dua Shinkansen Hikari Super Express berangkat secara bersamaan dari dua stasiun berbeda, Tokyo dan Shin-Osaka.
Kereta ‘peluru’ dengan kombinasi warna putih-biru meluncur dengan kecepatan 210 km/jam (130 mph), sebuah kecepatan yang dahsyat pada masa itu. Sepanjang perjalanan, penumpang dapat menikmati pemandangan yang menakjubkan berupa garis pantai antara Odawara dan Atami, perkebunan teh Shizuoka, dan pagoda lima tingkat di kuil Buddha Tō-ji di Kyoto. Kereta juga melintasi ikon Jepang yang menjulang tinggi, Gunung Fuji.
Pukul 10 pagi kedua kereta tersebut tiba di tujuan masing-masing dengan tepat waktu. Banyak orang berkumpul di setiap stasiun yang disinggahi oleh Shinkansen untuk menjadi saksi dari peristiwa bersejarah tersebut. Peresmian Shinkansen segera menjadi buah bibir di media lokal hingga internasional yang memberitakan kesuksesan Jepang dalam membuka jalur kereta cepat pertama di dunia.
Layanan Shinkansen pertama yang diresmikan disebut sebagai Tokaido Shinkansen yang menghubungkan dua kota besar dan berpengaruh di Jepang yaitu Tokyo dan Osaka sejauh 320 mil (514 km). Jalur ini terdiri atas 17 stasiun pemberhentian yang melewati beberapa kota penting lainnya seperti Yokohama, Shizuoka, Nagoya, dan Kyoto. Kehadiran Tokaido Shinkansen mampu memangkas waktu tempuh dari Tokyo menuju Osaka menggunakan kereta api dari yang sebelumnya memakan waktu hampir tujuh jam menjadi sekitar tiga jam saja.
Hal tersebut membuat mobilitas antar dua kota metropolitan di Jepang itu menjadi lebih cepat dan efisien. Tokaido Shinkansen sukses melayani koridor industri besar yang menghubungkan ibukota dengan Osaka. Jalur kereta komersial berkecepatan tinggi pertama di dunia ini bertujuan untuk membawa banyak orang dari daerah lain untuk datang ke Tokyo. Menghubungkan kedua kota metropolis ini merevolusi cara orang bepergian ke seluruh negeri.
Pelopor Kereta Peluru di Dunia
Keberhasilan Jepang dalam menciptakan inovasi Shinkansen sebagai pencetus kereta cepat pertama mendorong negara lain di belahan bumi untuk berinvestasi dalam teknologi kereta api berkecepatan tinggi. Implikasi yang paling menonjol dari ini adalah saat Prancis memperkenalkan Train à Grand Vitesse (TGV) yang melayani perjalanan antara Paris dan Lyon sejak 27 September 1981.
Munculnya TGV segera didapuk sebagai kereta berkecepatan tinggi pertama yang melintas di daratan Eropa. Kereta kebanggan Prancis tersebut telah memperluas rutenya untuk menghubungkan kota-kota besar di seluruh Prancis (seperti Marseille , Lille , Bordeaux , Strasbourg , Rennes, dan Montpellier ) dan di negara tetangga dengan kombinasi jalur kecepatan tinggi dan jalur konvensional.
Masih di Benua Biru, Jerman dan Inggris turut membangun jaringan kereta peluru sebagai transportasi kebanggaan mereka. Inter-City Express (ICE) dibuka di Jerman dan dioperasikan oleh Deutsche Bahn sejak 29 Mei 1991 dengan rute yang menghubungkan kota-kota seperti Berlin, Frankfurt, dan Leipzig. Di Inggris, kereta Eurostar berkecepatan tinggi mulai berpacu sejak dibuka pada 14 November 1994.
Selain menjadi kiblat dari banyak negara dalam menciptakan jaringan kereta peluru yang sistematis, Jepang melalui Perusahaan Japan Rail (JR) dengan menggaet korporat besar macam Hitachi dan Nippon Sharyo juga memperluas teknologi mereka dengan melakukan ekspor komponen teknologi Shinkansen hingga luar wilayah Jepang. Langkah tersebut membuat sistem teknologi yang berbasis dari Shinkansen tersebar ke seluruh dunia untuk dipergunakan.
Simbol Rekonstruksi Peradaban Jepang
Ambisi Jepang untuk menciptakan Shinkansen sebagai inovasi baru di dunia perkeretaapian membuahkan hasil yang sangat bernilai harganya. Sejak diresmikannya jalur Tokaido, banyak hal positif yang dipanen oleh publik negeri sakura berkat kemunculan si kereta peluru. Kehadirannya menandai awal dari rekonstruksi peradaban Jepang yang sempat hancur karena perang dunia.
Shinkansen jelas lebih dari sekadar alat transportasi. “Itu simbol terkuat dari rekonstruksi Jepang pasca perang,” ujar akademisi Inggris Christopher P. Hood, penulis Shinkansen: From Bullet Train ke Symbol of Modern Japan. Shinkansen sekadar infrastruktur belaka, tetapi memiliki efek yang sangat besar . Kereta cepat yang menjadi simbol kebangkitan ekonomi, inovasi teknologi, diplomasi internasional, dan semangat menuju perubahan.
Selain sebagai simbol pemulihan, Shinkansen telah digunakan sebagai alat untuk melanjutkan pembangunan ekonomi Jepang. Kereta peluru ini telah menyedot lebih banyak tenaga kerja ke Tokyo, menjadikan kota-kota di sekitar jalur kereta menjadi semakin besar dan maju tidak lebih dari sekadar komunitas penyangga ibu kota saja.
Jepang menjadi pemimpin dunia dalam pengembangan teknologi kereta api berkat Shinkansen. Para inovator sukses merevolusi transportasi di Jepang bahkan dunia, dan menciptakan “booming” kereta api cepat dengan tingkat kenyamanan, kemudahan, dan kecepatan kereta berkecepatan tinggi yang tidak tertandingi oleh moda transportasi modern lainnya.
Ide brilian yang mendorong zaman keemasan baru untuk kereta api dunia. Keajaiban teknologi yang menandai kembalinya Jepang ke papan atas komunitas internasional. Selepas 50 tahun lebih beroperasi, belum pernah ada catatan kecelakaan yang diakibatkan kelalaian masinis ataupun kesalahan sistem Shinkansen.
Pemerintah Jepang mengandalkan Shinkansen sebagai salah satu media diplomasi untuk mengenalkan peradaban mereka kepada mata dunia. Para pelancong dari luar yang singgah dijamin tertarik untuk menjajal langsung kecepatan kereta ini. Mereka dengan mudah berpindah dari satu kota ke kota lain untuk menikmati keindahan alam dan keragaman budaya negeri sakura.
Upaya ini sudah dilakukan sejak diresmikannya Shinkansen bersamaan dengan dibukanya ajang olahraga prestisius, Olimpiade Tokyo 1964. Posisi Shinkansen sebagai ikon dari Jepang setara dengan Gunung Fuji yang menjulang tinggi dan Bunga Sakura yang indah bila mekar.
Bagian terpenting dari kehadiran Shinkansen adalah mampu menjadi simbol semangat untuk berbenah lebih cepat meninggalkan trauma Perang Dunia II. Bagi orang Jepang yang membangun kembali negaranya setelah Perang Dunia II, Shinkansen menjadi sumber inspirasi yang hebat. Lari cepat sang Shinkansen selaras dengan kemauan Jepang untuk bangkit sesegera mungkin untuk kembali mencapai titik tertinggi. Shinkansen adalah wujud nyata menatap masa depan yang gemilang meskipun sempat terpuruk dan hancur. Shinkansen melesatkan kembali mimpi Jepang menjadi raksasa yang diperhitungkan internasional.
Referensi
Anirudh. (2014) The Bullet turns 50. https://armchairjapanophile.wordpress.com/2014/10/11/the-bullet-turns-50/
Brasor, P. & Tsubuku, M. (2014) How the Shinkansen bullet train made Tokyo into the monster it is today. https://www.theguardian.com/cities/2014/sep/30/-sp-shinkansen-bullet-train-tokyo-rail-japan-50-years
Glancey, J. (2014) Japan’s Shinkansen: Revolutionary design at 50. https://www.bbc.com/culture/article/20140714-built-for-speed-the-bullet-train
Japan House London. (2021) Shinkansen Bullet Train. https://www.japanhouselondon.uk/discover/shinkansen/
Japan Rail Pass. (2019) History of the Shinkansen: 50 years of the Japanese bullet train. https://www.jrailpass.com/blog/shinkansen-bullet-train-history
Jones, B. (2019) How Japan’s Shinkansen bullet trains changed the world of rail travel. https://edition.cnn.com/travel/article/shinkansen-bullet-trains-japan/index.html
Semmens, P. (1997). High Speed in Japan: Shinkansen – The World’s Busiest High-speed Railway. Sheffield, UK: Platform 5 Publishing.